Junior Rorimpandey atau lebih dikenal sebagai Chef Juna merupakan seorang koki professional spesialis masakan Perancis dan Jepang. Ia dilahirkan di Manado, 20 Juli 1975. Namanya dapat diketahui banyak orang berkat penampilannya yang menjadi salah satu juri dalam ajang Master Chef Indonesia. Sebagai juri, ia dikenal memiliki sifat yang sangat kejam, galak, tidak ramah serta komentarnya yang sangat pedas di acara TV yang menayangkan program memasak itu. Bahkan Chef Juna sampai mendapat kritikan pedas dari penonton yang mengikuti program acara TV tersebut. Namun, kepiawaiannya dalam memasak memang tidak diragukan lagi. Tak jarang dia sering menunjukkan keahliannya itu di depan para peserta dan tentunya juga di depan kamera.
Koki yang telah diakui dengan lisensi dan
keterampilannya itu ternyata sempat menempuh pendidikan di Universitas
Trisakti, Jurusan Perminyakan selama 3,5 tahun. Namun, sayangnya ia tidak
menamatkan pendidikannya hingga selesai lantaran dirinya yang dinilai terlalu
nakal pada saat itu. Sejak umur 17 tahun, ia memang dicap sebagai anak
berandalan, kecintaannya pada motor membuatnya ikut serta dalam geng motor
Harley Davidson. Bahkan ia mengaku, dulu ia memiliki geng sendiri yang dinamai
‘Bad Bones’. Yang di mana geng ini sering menghabiskan waktunya untuk
mengendarai Harley Davidson bersama-sama, tidak peduli kemanapun perginya. Pada
masa-masa itu pula, ia mendapatkan tato di sebelah lengan kanannya yang dilakukannya
dengan mesin buatan sendiri.
Awal Mula
Terbangun Karirnya
Menjadi seorang berandalan membuatnya melewati banyak
hal. Juna pernah merasakan diculik, disiksa, bahkan hampir ditembak dan
overdosis. Masa mudanya yang penuh rintangan dan pengalaman itu menjadi faktor
dirinya seperti sekarang ini. Ingin mengakhiri keterlenaan dalam masa mudanya
itu, ia pun memutuskan untuk membenahi hidupnya. Memulainya dengan kembali
menamatkan pendidikannya, tentu saja hal ini tidaklah mudah.
Gagal lulus kuliah di Indonesia, ia memutuskan
melanjutkan pendidikannya itu di Amerika. Juna pindah ke Brownsville, Texas,
Amerika Serikat, dan memulai hidupnya di sana. Ia memasuki sekolah penerbangan,
bahkan menjual motor kesayangannya demi membayar biaya masuk sekolahnya. Niatnya
untuk membenahi hidupnya memang serius dilakukannya, Juna berhasil lulus dari
sekolah penerbangannya dan mendapatkan lisensi pilot.
Namun ternyata takdir hidupnya bukanlah pilot. Ketika
ia sedang mengikuti pelatihan untuk lisensi komersial, sekolah penerbangannya
bangkrut dan mengharuskannya pindah ke Houston untuk melanjutkan pelatihannya.
Tidak berhenti sampai di situ, kedua orang tuanya mengalami kesulitan ekonomi
saat-saat itu yang diakibatkan karena terjadi krisis moneter pada tahun 1998.
Hal ini mengharuskan Juna untuk mencari uang sendiri demi menghidupi dirinya.
Namun, tanpa disangka karirnya pun terbentuk mulai dari kejadian ini.
Demi membiayai hidupnya di negeri asing itu, Juna rela
bekerja apa saja. Pekerjaan pertama yang ia dapat adalah menjadi pelayan di
sebuah restoran tradisional Jepang. Karena ketekunannya dan kegigihannya, ia
mendapatkan kesempatan dan tawaran spesial untuk menjadi murid dari master
sushi di restoran tradisional Jepang itu. Juna tentu saja menerimanya dan
bersedia untuk dibimbing dari awal. Perkara itu bukanlah hal yang mudah, metode
keras pastinya diterapkan oleh guru ke muridnya, begitulah juga yang Juna
rasakan saat menjadi murid. Namun, hal itu terbayar dengan keterampilannya yang
sangat baik hingga ia dipromosikan untuk mendapatkan Permanent Resident.
Karir,
Bisnis, dan Usaha
Tahun 2002, Juna mengambil ahli posisi head chef
atau kepala koki di restoran itu untuk menggantikan master sushi yang telah
melatihnya pindah ke restoran lain. Namun, posisi itu hanya dilakoninya selama
setahun saja. Tahun berikutnya, pada 2003, Juna mengambil tawaran dan pindah ke
restoran sushi nomor 1 di Houston yang bernama “Uptown Funk”, untuk menjadi
seorang dengan posisi executive chef di sana.
Setiap manusia pasti memiliki rasa jenuhnya, begitupun
dengan Juna. Terlalu lama berkecimpung di dunia masakan Jepang, membuatnya
jenuh dan ingin mencoba hal yang lain. Ia memutuskan untuk keluar dari restoran
Jepang dan mencoba keterampilannya dalam masakan Perancis. “The French Laundry”
salah satu restoran khas Perancis di Amerika yang mempunyai standar tinggi. Hal
ini membuat Juna harus mempelajari semuanya dari awal, sama seperti saat di
restoran Sushi, didikan keras pun juga ia dapat di restoran khas Perancis ini.
Bahkan, restoran ini tetap memberikan hukuman pada setiap koki yang melakukan
kesalahan, walaupun itu sepele.
Saat ia kembali ke Indonesia, ia tidak menyia-nyiakan
apa yang telah di dapatnya dari negeri asing itu. Juna atau yang kerap
dipanggil dengan Chef Juna berpartisipasi menjadi juri dalam ajang pencarian
chef pada program acara masak “Masterchef Indonesia”. Pada saat itu, ia juga
memiliki posisi sebagai Executive Chef di restoran Jack Rabbit, Jakarta.
Namun, pada saat tahun 2011, Chef Juna memutuskan untuk mundur dari posisinya
di restoran dan memilih fokus menjadi juri dalam program acara masak tersebut. Dengan
khasnya yang tegas, ia berhasil mempunyai identik sebagai juri dengan
sendirinya. Berbekal pengalaman dilatih dengan metode keras, membuatnya juga
menerapkan kepada para peserta untuk membuat mereka terbiasa dibentak dan
melatih untuk bekerja dengan baik walaupun di bawah tekanan.
Tahun 2016 lalu, Chef Juna meresmikan restoran
miliknya sendiri yang diberi nama “Correlate”. Berlokasi di daerah Kuningan,
Jakarta Selatan, restoran yang terletak di lantai lobby gedung Menara Rajawali itu memiliki konsep perpaduan antara
Jepang dan Perancis yang memang sesuai dengan spesialisasinya itu.
Komentar
Posting Komentar