Langsung ke konten utama

Ikan Goreng VS Ikan Bakar, Mana Yang Kamu Suka?

Gregor Moser on Unsplash

Mengkonsumsi ikan dinilai memang bermanfaat bagi tubuh. Selain sebagai salah satu makanan berprotein tinggi, ikan juga kaya akan asam Lemak omega-3 yang baik untuk mata dan otak. Beberapa penelitan telah dilakukan, dan membuktikan bahwa mereka yang makan ikan secara teratur memiliki otak yang lebih besar. Hal ini berkaitan dengan memori yang ada pada otak dan fungsi kognisi. Bahkan, dengan mengonsumsi ikan dinilai dapat mengurangi risiko penyakit stroke.

Dalam pengolahannya, ikan memiliki banyak macam cara. Mulai dari dikukus, direbus hingga menjadi sup, digoreng, dipanggang dan dibakar. Namun, kali ini yang akan menjadi topik adalah pengolahannya ikan melalui digoreng dan dibakar. Dua cara pengolahan itu pada umumnya memiliki tahap yang berbeda, mulai dari awal hingga akhir. Ikan yang digoreng akan membutuhkan minyak, sedangkan ikan yang dibakar akan membutuhkan api yang dihasilkan dari proses pembakaran. Akan berbeda hasilnya juga, tergantung dari media pembakaran yang digunakan. Seperti, kayu, arang, sabuk kelapa, semua itu menghasilkan aroma dan memberikan cita rasa yang berbeda kepada ikan tersebut.

Minyak goreng diakui memang memberikan cita rasa yang lebih gurih terhadap ikan, akan tetapi penggunaan minyak goreng sendiri dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Penggunaan minyak berulang kali dapat membuat tingkat kejenuhan minyak tersebut tinggi, dan alhasil dapat memicu penyakit jenis kanker.

Protein pada ikan yang digoreng juga dipertaruhkan pada suhu dan waktu saat menggoreng. Semakin tinggi dan semakin lama, kandungan protein pada ikan dapat berkurang. Dan minyak yang digunakan untuk menggoreng juga dapat memberi pengaruh besar pada lemak dan energi yang dihasilkan.

Lain halnya dengan ikan yang dibakar, cita rasa gurih tidak akan didapat. Namun, jika sehat menjadi pilihan, mengonsumsi ikan dengan cara dibakar harus dilakukan. Terbukti dari Penelitian kandungan ikan yang memiliki protein tinggi itu pun dilakukan terhadap ikan yang diolah secara dibakar, bukan digoreng. Karena, ikan yang diolah dengan cara dibakar tidak mengandung tambahan kalori dan lemak karena dimasak tanpa minyak.

Namun, ikan yang dibakar juga memiliki dampak buruk bagi kesehatan, apabila pembakarannya dilakukan pada suhu tinggi. Protein pada daging ikan yang bereaksi terhadap panas saat dibakar dapat membentuk heterocyclic amines (HCAs) yang dapat menyebabkan mutasi DNA dan memicu kanker pada tubuh. Asap dari pembakaran yang timbul karena lemak ikan yang jatuh menetes ke arang pun mengandung polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs), yang jika terserap ke dalam daging ikan, dapat memberi efek karsinogenik, yaitu efek yang dapat memicu kanker.

Walaupun teori ini belum ada pembuktian secara khusus mengenai penelitian yang menemukan hubungan sebab-akibat yang pasti antara HCAs dan PAHs yang dihasilkan dari membakar ikan pada suhu tinggi terhadap kemunculan sel kanker pada manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chef Juna, Bakat Atau Keterampilan? Dari Berandalan Menjadi Chef Profesional

  Junior Rorimpandey atau lebih dikenal sebagai Chef Juna merupakan seorang koki professional spesialis masakan Perancis dan Jepang. Ia dilahirkan di Manado, 20 Juli 1975. Namanya dapat diketahui banyak orang berkat penampilannya yang menjadi salah satu juri dalam ajang Master Chef Indonesia. Sebagai juri, ia dikenal memiliki sifat yang sangat kejam, galak, tidak ramah serta komentarnya yang sangat pedas di acara TV yang menayangkan program memasak itu. Bahkan Chef Juna sampai mendapat kritikan pedas dari penonton yang mengikuti program acara TV tersebut. Namun, kepiawaiannya dalam memasak memang tidak diragukan lagi. Tak jarang dia sering menunjukkan keahliannya itu di depan para peserta dan tentunya juga di depan kamera. Koki yang telah diakui dengan lisensi dan keterampilannya itu ternyata sempat menempuh pendidikan di Universitas Trisakti, Jurusan Perminyakan selama 3,5 tahun. Namun, sayangnya ia tidak menamatkan pendidikannya hingga selesai lantaran dirinya yang dinilai terlalu

Kata Orang Tentang Seafood

  Seafood atau makanan olahan dari laut tidak jauh populer dari makanan daging lainnya, seperti daging ayam atau sapi. Karena cita rasanya yang unik dan berbeda dari daging ayam atau sapi, membuat seafood digemari. Namun tak jarang, beberapa orang harus berpikir dua kali untuk makan seafood karena kandungan kolesterolnya yang tinggi.  “yang tidak makan ikan, saya tenggelamkan!” kata mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Bu Susi Pudjiastuti. Bu Menteri aja promosi makan ikan sampai segitunya. Memang, sih, selain karena Indonesia ini negara maritim yang kaya akan hasil lautnya, seafood itu juga banyak manfaatnya, lho! Photo by  Julia Volk  from  Pexels Namun, dengan ini sifat bijak dalam memakan juga harus ada pada setiap konsumen seafood ini. Konsumen didorong untuk lebih selektif memilih hidangan laut. Karena kelanggengan sumber daya alam laut tidak mungkin dapat terjaga tanpa mengikutsertakan peran masyarakat sebagai sang konsumen. WWF Indonesia juga sempat melakukan sos