Langsung ke konten utama

Takoyaki dan Okonomiyaki, Hidangan Kembar dari Jepang

Sering mengikuti tren? Apalagi tren tentang makanan? Kalau gitu, pasti tahu takoyaki dan okonomiyaki. Hidangan khas dari Jepang yang terbuat dari adonan tepung dan tambahan daging lain seperti macam-macam seafood. Tapi, kalian penyuka hidangan ini tahu gak perbedaan dari takoyaki dan okonomiyaki? Sekilas memang mirip sih, dari segi bahan untuk membuatnya, namun bentuk dan asal-usul hidangan ini berbeda, lho! Daripada nanti salah sebut, mending disimak penjelasan tentang kedua hidangan ini terlebih dahulu.

 

Takoyaki adalah hidangan Jepang yang berasal dari Osaka. Terbuat dari adonan tepung yang ditambahi potongan Gurita, lalu dibuat menjadi bola berdiameter 3-5 cm. Selain gurita yang menjadi tambahan adonan ini, ada berbagai isi lainnya, seperti, bawang, dan jahe merah. Takoyaki sendiri memiliki ciri bagian permukaan luarnya tipis dan terpanggang agak keras. Sedangkan bagian dalamnya tebal dan lembut. Penyajiannya kebanyakan ditaburi dengan rumput laut dan ikan bonito kering di atas bola-bola takoyaki ini, serta ditambahi dengan mayones sesuai selera.

 

Sedangkan okonomiyaki adalah hidangan Jepang yang berasal dari dua tempat berbeda di Jepang. Ada 2 macam Okonomiyaki yang terkenal, yaitu Okonomiyaki ala Kansai dan ala Hiroshima. Sama seperti takoyaki, hidangan yang satu ini juga terbuat dari adonan tepung. Namun penambahannya berbeda, adonan okonomiyaki akan ditambahi dengan sayuran dan ikan lalu kemudian akan dipanggang di atas plat besi kemudian diolesi saus dan langsung ditumpuk. Berbeda dengan takoyaki yang memiliki tampilan bola, okonomiyaki berbentuk persegi atau persegi panjang seperti omelette. Serta okonomiyaki sendiri memiliki ciri khas banyak sayuran pada hidangannya.

Jadi, jangan sampai salah sebut antara kedua hidangan Jepang ini, ya! Walaupun memiliki kemiripan bahan dan nama yang asing hingga sulit mengingat, kedua hidangan ini masih memiliki bentuk yang berbeda. Jadi tidak terlalu susah membedakannya, kan? Lalu, siapa yang setelah habis membaca ini, langsung ngiler ingin makan hidangan dari Jepang ini? Ihihi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chef Juna, Bakat Atau Keterampilan? Dari Berandalan Menjadi Chef Profesional

  Junior Rorimpandey atau lebih dikenal sebagai Chef Juna merupakan seorang koki professional spesialis masakan Perancis dan Jepang. Ia dilahirkan di Manado, 20 Juli 1975. Namanya dapat diketahui banyak orang berkat penampilannya yang menjadi salah satu juri dalam ajang Master Chef Indonesia. Sebagai juri, ia dikenal memiliki sifat yang sangat kejam, galak, tidak ramah serta komentarnya yang sangat pedas di acara TV yang menayangkan program memasak itu. Bahkan Chef Juna sampai mendapat kritikan pedas dari penonton yang mengikuti program acara TV tersebut. Namun, kepiawaiannya dalam memasak memang tidak diragukan lagi. Tak jarang dia sering menunjukkan keahliannya itu di depan para peserta dan tentunya juga di depan kamera. Koki yang telah diakui dengan lisensi dan keterampilannya itu ternyata sempat menempuh pendidikan di Universitas Trisakti, Jurusan Perminyakan selama 3,5 tahun. Namun, sayangnya ia tidak menamatkan pendidikannya hingga selesai lantaran dirinya yang dinilai terlalu

Kata Orang Tentang Seafood

  Seafood atau makanan olahan dari laut tidak jauh populer dari makanan daging lainnya, seperti daging ayam atau sapi. Karena cita rasanya yang unik dan berbeda dari daging ayam atau sapi, membuat seafood digemari. Namun tak jarang, beberapa orang harus berpikir dua kali untuk makan seafood karena kandungan kolesterolnya yang tinggi.  “yang tidak makan ikan, saya tenggelamkan!” kata mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Bu Susi Pudjiastuti. Bu Menteri aja promosi makan ikan sampai segitunya. Memang, sih, selain karena Indonesia ini negara maritim yang kaya akan hasil lautnya, seafood itu juga banyak manfaatnya, lho! Photo by  Julia Volk  from  Pexels Namun, dengan ini sifat bijak dalam memakan juga harus ada pada setiap konsumen seafood ini. Konsumen didorong untuk lebih selektif memilih hidangan laut. Karena kelanggengan sumber daya alam laut tidak mungkin dapat terjaga tanpa mengikutsertakan peran masyarakat sebagai sang konsumen. WWF Indonesia juga sempat melakukan sos