Langsung ke konten utama

Karangan Persuasif - Aimless

Aimless

Pagi itu sama seperti pagi – pagi lainnya, satu piring berisi makanan, satu gelas berisi minuman dan satu orang sedang duduk di meja makan. Tidak, aku tidak kesepian, aku bahagia walaupun pagi ini terasa membosankan. Setiap hari tidak ada hal yang menarik di rumah, namun aku masih bahagia, setidaknya aku masih memiliki tempat untuk ditinggali.
Jangan salah kira aku seorang wanita karier yang tak sempat memilih calon untuk dinikahi ya! Aku masih bersekolah, dan aku bangga sudah memiliki rumah sendiri. Rumah kedua orang tuaku sih lebih tepatnya, namun semenjak mereka memiliki kehidupan masing – masing, kurasa rumah ini menjadi milikku. Ya, aku anak broken home yang seperti orang – orang bilang, tidak pernah sekalipun salah satu dari orang tuaku datang ke rumah ini, membuat aku berpikir ini sudah menjadi rumahku saja. Namun, aku masih tetap bahagia, setidaknya aku tidak ditelantarkan, aku masih disekolahi dan diberikan uang setiap bulannya.
Aku masih merasa bahagia walaupun hidup dalam kesendirian itu tidak enak. Satu hal, aku tidak pura – pura bahagia, aku benar – benar bahagia dengan hidupku sekarang. Aku masih memiliki teman di sekolah, dan masih memiliki seseorang yang bisa aku handalkan, yaitu pacarku.
Semua orang di sekolah, tahunya aku hanyalah seorang anak beruntung yang selalu ceria dan memiliki pacar yang super duper perhatian. Tidak ada satu pun dari mereka yang tahu kalau kedua orang tuaku sudah memiliki kehidupan masing – masing, termasuk pacarku. Tidak, bukannya aku menutupinya, hanya saja, mereka tidak menanyakannya. Tidak salah kan kalau aku tidak bercerita? Aku memang tidak terlalu suka dikasihani.
Aku sering bercanda dengan temanku, menjahili mereka, tertawa bersama, tak jarang aku pun juga kena dijahili oleh mereka. Aku memang memiliki banyak teman, hampir satu sekolah mengetahui siapa aku. Tapi tidak ada satu pun dari mereka yang tahu keresahanku di rumah, aku berpikir itu bagus, karena aku tidak susah – susah bercerita. Dan aku masih tetap bahagia dengan semua ini.
Bahkan guru – guru pun tahu siapa aku, terkenal dengan kesopananku katanya. Tak jarang mereka meminta bantuanku dalam banyak hal, sampai – sampai, teman – temanku sering berkata aku ini anak kesayangan guru. Dan aku bahagia akan hal itu.
Sampai suatu ketika, sore itu sekolah telah usai, semua murid di sekolahku sibuk dengan kegiatan masing – masing, ada yang terburu – buru pulang, ada yang masih mempunyai kegiatan di sekolah, dan ada juga yang tidak melakukan kegiatan apa – apa, hanya malas pulang terlalu cepat saja. Sama seperti diriku, aku sudah bilang kan, di rumah itu membosankan.
Waktu sore itu aku habiskan dengan berbincang dengan temanku di sekolah, bukan teman kelas, juga bukan teman seangkatan, mereka kakak kelasku di sekolah. Aku memang suka bergaul dengan banyak orang, tidak terpaku dengan satu orang saja. Namun, hari itu aku sedikit berselisih paham dengan mereka, yang membuat aku terburu – buru ingin pulang ke rumah. Aku emosi, kesal dengan mereka yang tidak mengerti apa yang aku bicarakan dan malah menyinggung – nyinggung hal yang seharusnya tidak mereka singgung. Aku ingin kembali ke kesendirianku.
Hari makin hari, semua orang tampak tidak seramah dulu, seakan – akan aku hanyalah siswi sekolah itu yang tidak dikenali dan tidak terlihat. Semenjak keselisihan paham waktu itu sepertinya membuat mereka semua yang dulu tampak ramah menjadi tidak seramah dulu lagi. Entah hal di belakang apa yang terjadi dengan mereka, membuat aku ingin semakin kembali ke kesendirianku.
Pacarku yang super duper perhatian pun perlahan menghilang, semakin sibuk dengan urusannya. Aku kehilangan pijakan, handalan hidupku menghilang. Sampai kabar itu terdengar di telingaku, aku benar – benar merasa hidupku hancur, kabar yang menjadi perbincangan seantero sekolah, pacarku berpacaran dengan adik kelas yang terkenal akan kecantikannya. Aku garis bawahi, pacarku, dia masih menjadi pacarku, belum ada kata putus di antara kita, walaupun pacarku semakin hari semakin dingin. Tapi tetap saja dia masih pacarku, seseorang yang bisa aku handalkan selama ini. Semua ini benar – benar membuat aku ingin semakin kembali ke kesendirianku.
Aku benar – benar kembali ke kesendiranku, semua orang meninggalkanku seperti kedua orang tuaku. Bedanya aku tak lagi bahagia dengan kesepian yang melingkupiku ini. Hidupku berubah 180 derajat, aku tidak lagi di kenal sebagai seorang anak beruntung yang ceria dan memiliki pacar yang super duper perhatian. Yang tersisa hanyalah anak yang pemurung dan pemarah seperti memiliki hidup yang tidak beruntung.
Setiap malam aku lewati dengan melamun dan meminum minuman – minuman yang bahkan dulu pun aku tidak tahu ini apa. Alasanku hanya satu, aku merasakan sedikit tenang, sudah itu saja. Aku terlalu nyaman dengan kesendirianku, sampai – sampai setiap malam, hanyalah gelapnya malam dan lampu yang lupa kunyalakan hingga pagi, yang menemaniku.
Menjelang pagi tiba, aku masih melakukan aktivitas seperti biasanya, bunyi shower mengawali pagiku, satu piring dan satu gelas di meja makan, sunyinya lorong penghubung antara ruang keluarga dan ruang tamu, tali sepatu yang selalu ku ikat sendiri dan bunyi kincringan kunci pintu utama yang menemani jalanku menuju ke sekolah. Semua tampak sama seperti hari – hariku biasanya, yang berbeda hanyalah tidak ada lagi senyuman di bibirku.
Sekolah tampak membosankan, semua orang terasa seperti mengacuhkanku, aku hanya dianggap seperti patung yang sedang dapat keajaiban sehingga bisa berjalan sendiri. Semua guru juga tampak memanfaatkanku, tersenyum saat akan meminta bantuan, yang ku balas hanyalah wajah datar dan melengos pergi. Hari – hari di sekolah tampak seperti di rumahku, kalau dulu aku ingin berlama – lama di sekolah, sekarang yang kupikirkan hanyalah kapan aku kembali ke kesendirianku?
Kalau dulu ruang kelas dan lapangan menjadi tempat favoritku, sekarang toilet dan atap menggantikan posisi mereka. Aku lebih suka berlama – lama di toilet daripada di ruang kelas sehingga aku bisa melamun, dan aku juga lebih suka di atap daripada di lapangan, di sana lebih tenang, tidak ada orang berlalu - lalang dan tempat yang pas untuk menghisap tembakau. Dulu orang perokok adalah salah satu hal yang selalu ku jauhi, namun sekarang aku mengerti mengapa mereka suka sekali merokok. Rokok memang menenangkan dan juga candu.
Aku menjadi semakin liar, kalau dulu aku resah sendirian di rumah dan sangat senang bergaul di luar rumah, sekarang aku ingin selalu mengunci pintu rumahku dan tenggelam dalam kesendirianku. Menatapi langit – langit kamarku sambil meminum minuman yang baru – baru ini menjadi favoritku.
Malam itu aku ke minimarket, jajaran rak tertata rapi di sana, tidak seperti hidupku yang hancur. Aku menyusuri rak – rak itu, melihat satu benda yang memang sedang ku cari, sepertinya hari ini hari keberuntunganku karena menemukan benda yang ku cari ini, di minimarket pertama yang ku datangi. Entah hari keberuntunganku atau memang takdirku?
Nyaliku sekecil jarum tapi niatku sudah sebesar kain. Ku mantapkan hatiku, aku lelah hidup dalam keramaian. Sesendiri apapun aku di dalam rumahku, otakku masih tetap ramai. Aku ingin benar – benar masuk ke kesendirianku, menutup pintu mataku dan juga nafasku. Aku mengambil barang yang telah ku beli di minimarket tadi, lalu menutup hidungku dan mulai meminumnya sekali teguk. Perasaanku mulai tenang, badanku terasa seringan kapas, aku mulai menutup mataku siap menghadapi kesendirianku yang sebenarnya. Aku tidak lagi bahagia.
Cahaya silau menyinariku saat ku membuka mataku. Aku sempat mengernyit, menampik cahaya itu, ku lihat tanteku disebelahku sedang tertidur sambil menggenggam tanganku. Aku heran, surga memang sesilau ini tapi mengapa tanteku ada di sini? Bau obat mulai menusuk hidungku, membuatku tersadar aku tidaklah di surga, membuatku menangis mengapa Tuhan sekejam ini. Aku hanyalah ingin mencari kesendirianku yang sebenarnya, tapi Tuhan tega membuatku semakin sengsara di kesendirianku yang ramai.
Tanteku terbangun mendengar suara isakan tangisku, ia mengusap – usap kepalaku menenangkan. Tak terasa air mengalir juga di pipinya, bibirnya hanya mengucapkan kata maaf beribu – ribu kali. Tak jarang terucap juga kata yang tidak terpikirkan olehku, Tuhan selalu ada di samping kamu, semua orang boleh pergi, tapi Tuhan tidak pernah pergi.
Selama ini di otakku hanyalah teman – teman dan pacarku yang membuatku bahagia, sehingga saat semua itu menghilang, kebahagiaanku pun juga ikut menghilang. Aku salah, satu hal yang tidak ku ketahui, saat semua orang meninggalkanku, aku tidak benar – benar sendiri. Aku salah, saat semua orang pergi, aku juga ingin ikut pergi. Aku salah, aku tidak mencoba mencari ketenangan dengan cara yang baik. Aku salah, tapi Tuhan membuat kesalahan itu menjadi sebuah pelajaran.
Saat merasa kesendirian itu menyenangkan, coba carilah Tuhan yang selalu ada disampingmu, dan sadari kalau kamu tidak sendiri. Jangan mencari ketenangan dengan apa yang terlintas di otak, kadang hati berkata lain, karena di situlah Tuhan berada. Jangan pernah bergantung dan berharap kepada manusia, karena ia tidak lebih dari hembusan nafas. Dosa manusia memang besar, tapi kasih Tuhan jauh lebih besar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chef Juna, Bakat Atau Keterampilan? Dari Berandalan Menjadi Chef Profesional

  Junior Rorimpandey atau lebih dikenal sebagai Chef Juna merupakan seorang koki professional spesialis masakan Perancis dan Jepang. Ia dilahirkan di Manado, 20 Juli 1975. Namanya dapat diketahui banyak orang berkat penampilannya yang menjadi salah satu juri dalam ajang Master Chef Indonesia. Sebagai juri, ia dikenal memiliki sifat yang sangat kejam, galak, tidak ramah serta komentarnya yang sangat pedas di acara TV yang menayangkan program memasak itu. Bahkan Chef Juna sampai mendapat kritikan pedas dari penonton yang mengikuti program acara TV tersebut. Namun, kepiawaiannya dalam memasak memang tidak diragukan lagi. Tak jarang dia sering menunjukkan keahliannya itu di depan para peserta dan tentunya juga di depan kamera. Koki yang telah diakui dengan lisensi dan keterampilannya itu ternyata sempat menempuh pendidikan di Universitas Trisakti, Jurusan Perminyakan selama 3,5 tahun. Namun, sayangnya ia tidak menamatkan pendidikannya hingga selesai lantaran dirinya yang dinilai terlalu

Kata Orang Tentang Seafood

  Seafood atau makanan olahan dari laut tidak jauh populer dari makanan daging lainnya, seperti daging ayam atau sapi. Karena cita rasanya yang unik dan berbeda dari daging ayam atau sapi, membuat seafood digemari. Namun tak jarang, beberapa orang harus berpikir dua kali untuk makan seafood karena kandungan kolesterolnya yang tinggi.  “yang tidak makan ikan, saya tenggelamkan!” kata mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Bu Susi Pudjiastuti. Bu Menteri aja promosi makan ikan sampai segitunya. Memang, sih, selain karena Indonesia ini negara maritim yang kaya akan hasil lautnya, seafood itu juga banyak manfaatnya, lho! Photo by  Julia Volk  from  Pexels Namun, dengan ini sifat bijak dalam memakan juga harus ada pada setiap konsumen seafood ini. Konsumen didorong untuk lebih selektif memilih hidangan laut. Karena kelanggengan sumber daya alam laut tidak mungkin dapat terjaga tanpa mengikutsertakan peran masyarakat sebagai sang konsumen. WWF Indonesia juga sempat melakukan sos